Sementara kalangan ulama Indonesia masih berkutat soal haram tidaknya rokok. MUI sendiri masih mencari data konkret soal bahaya rokok agar bisa dijadikan rujukan fatwanya. Fakta di lapangan, rokok seperti darah bagi pecandunya.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun makin sering dijumpai sedang asyik ngebul. Aktivitas ini boleh jadi dilakukan karena mereka ingin terlihat seperti orang dewasa. Maklum, kadang-kadang anak-anak ingin cepat besar dan dewasa
Selain itu, iklan rokok di sejumlah media massa mencitrakan lelaki perokok adalah sosok yang macho dan percaya diri. Bocah laki-laki mana sih yang tidak ingin tumbuh menjadi pemuda macho
Sayangnya, kemachoan itu hanya mereka lihat dari gaya merokok semata. Efek sampingnya, benar-benar diabaikan.
"Padahal sudah jelas rokok tidak baik bagi siapa pun, termasuk anak-anak. Bagaimana pun, rokok bukan untuk anak-anak," kata ahli syaraf dr Bambang Setiawan. Bambang menyampaikan hal itu di sela simposium pendidikan di Gedung Pancagatra, Lemhannas, Jl Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (25/10/2007
Dia pun mengimbau agar orangtua dan guru tak henti-hentinya mengingatkan bahaya merokok kepada anak-anak. Para penjual rokok juga sebaiknya tidak menjual rokok pada kalangan di bawah umur ini
Rokok bersifat destruksif secara akumulatif. Selanjutnya rokok bisa mengakibatkan gangguan peredaran darah, dan toksinogen yang menyebabkan kanker dan sakit paru-paru.
"Akibat ada gangguan peredaran darah, jadi darah ke otak juga terganggu, sehingga fungsinya terganggu," lanjut Setiawan.
Untuk diketahui, pada 2001, Depkes mengestimasi 70 persen penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Dilihat dari sisi rumah tangga, 57 persennya memiliki anggota yang merokok yang hampir semuanya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya.
Artinya, hampir semua orang di Indonesia ini merupakan perokok pasif. Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah masyarakat mulai merokok sejak usia 8 tahun atau sejak usia sekolah
Sedangkan WHO memperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 miliar, sementara kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,9 juta orang per tahun. Berdasarkan data WHO ini jika kebiasaan merokok masyarakat terus berlanjut, maka angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta per tahun pada tahun 2020 dimana 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang.
sumber: http://www.detiknews.com/